Langsung ke konten utama

MENGENAL TERUMBU KARANG

Terumbu karang terdiri dari dua kata, yakni terumbu dan karang. Istilah terumbu dan karang memiliki makna yang berlainan. Istilah karang merujuk pada sekumpulan binatang. Sedangkan terumbu merupakan struktur kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh karang. Dalam bahasa Inggris disebut coral reef

Terumbu karang atau dikenal dengan istilah coral reef adalah sekumpulan  karang yang menghasilkan kapur dan bersimbiosis dengan zooxanthellae, yaitu organisme uniseluler yang dapat melakukan proses fotosintesis. Meskipun beberapa karang memiliki bentuk menyerupai tumbuhan kingdom plantae, namun karang dalam klasifikasi makhluk hidup termasuk dalam kingdom animalia. Terumbu karang dalam pengelompokan hewan dikelompokkan dalam kelas anthozoa. Pada bentuk sederhananya, terumbu karang dibentuk oleh polip, yaitu bentuk tabung yang memiliki mulut diatasnya. Polip inilah yang berperan dalam pembiakan karang

Terdapat dua macam karang, yakni karang keras dan karang lunak. Karang keras hidup bersimbiosis dengan alga bernama zooxanthellae. Karang jenis ini hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari bisa menembus dengan baik. Karena zooxanthellae memperoleh energi dengan proses fotosintesis. Karang keras membentuk struktur terumbu dan memiliki tubuh yang keras seperti batu. Karang lunak tidak bersimbiosis dengan alga, bentuknya seperti tanaman. Karang jenis ini bisa hidup di perairan dangkal maupun perairan yang lebih dalam

Terumbu karang juga mencerminkan bagaiman pelestarian ekosistem keadaan air laut, semakin cerah terumbu maka semakin baik air laut tersebut. Apabila semakin tidak memancarkan warna, semakin buruk keadaan laut tersebut. Berikut adalah ciri – ciri ekosistem terumbu karang.
1.      Laut Temperatur Tinggi
Laut yang memiliki terumbu karang biasanya memiliki temperatur lebih dari 20 derajat celcius. Terumbu karang menyukai laut dengan suhu stabil. Hal tersebut menjadi alasan bahwa satu per delapan terumbu karang dunia ada di Indonesia.
2.       Laut Kadar Garam Tinggi
Terumbu karang menyukai laut dengan kadar garam yang tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan pembentukan kapur oleh koral dan alga.
3.      Intensitas Cahaya Tinggi
Terumbu karang pada umumnya berada di laut dengan kedalaman yang masih terjangkau sinar cahaya matahari. Kedalaman ditemukannya terumbu laut kurang lebih hingga 50 meter dibawah permukaan laut.
4.       Iklim dan Cuaca Stabil
Indonesia adalah salah satu negara dengan iklim tropis dimana mendapat sinar matahari sepanjang tahun. Terumbu karang sangat menyukai iklim yang tidak ekstrim.
5.      Arus Terus Bergerak
Terumbu karang hanya akan ditemukan di laut dengan ombak yang terus bergerak. Pergerakan ombak tersebut dipengaruhi oleh perbedaan iklim, temperatur, dan rotasi bumi. Terumbu karang memiliki fungsi untuk memecah gelombang. Keberadaan terumbu karang akan membantu pantai terhindar dari abrasi.
6.      Terbentuk karena Ribuan Hewan Polip
Terumbu karang terbentuk karena adanya ribuan polip yang memancarkan warna menarik. Polip – polip tersebut awalnya tunggal, namun kemudian berkembang menjadi koloni – koloni yang indah.
7.      Terdapat Banyak Organisme Laut
Jika kita mengunjungi terumbu karang, kita akan menemukan berbagai hewan laut yang saling bersimbiosis. Terumbu karang berguna sebagai habitat para mahluk hidup di laut.
8.      Menghasilkan CACO3
Terumbu karang bisa menghasilkan CACO3 atau zat kapur. Jika koral mengalami kematian akan mengeras membentuk kapur. Proses tersebut terjadi di laut karena kadar garam tinggi.
9.      Berwarna Menarik
Terumbu karang memiliki warna yang mencerminkan kondisi laut tersebut. Semakin cerah maka semakin bersih laut tersebut. Karang memiliki kemampuan penetrasi warna berdasarkan kebersihan kondisi laut.

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi terumbu karang atau yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan.
1. TERUMBU ATAU REEF
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di laut dangkal.

2. KARANG ATAU CORAL
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal yang akrab dengan kita adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas. Karang terdiri atas banyak polip seperti bambu terdiri atas banyak ruas tersebut.
3. KARANG TERUMBU
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.
4. TERUMBU KARANG
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton

 


JENIS-JENIS TERUMBU KARANG 


1. TERUMBU KARANG TEPI (FRINGING REEFS)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).



2. TERUMBU KARANG PENGHALANG (BARRIER REEFS)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3. TERUMBU KARANG CINCIN (ATOLLS)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)

4. TERUMBU KARANG DATAR/GOSONG TERUMBU (PATCH REEFS)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

 

ZONA TERUMBU KARANG 


1. WINDWARD REEF (TERUMBU YANG MENGHADAP ANGIN)
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal.
2. LEEWARD REEF (TERUMBU YANG MEMBELAKANGI ANGIN)
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN BUATAN OLEH BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BP3) BITUNG

  Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Bitung melaksanakan kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Buatan dikota parepare tanggal 25 sampai 29 Juli 2018 dimana bertujuan mendukung Program Peningkatan Produksi Perikanan. Dalam pelaksanaannya  Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Bitung bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Bacukiki Barat, Penyuluh Perikanan PNS serta Penyuluh Perikanan Bantu (PPB) Kota Parepare.             Kegiatan ini melibatkan peserta sebanyak 30 orang dari Orang pelaku utama atau pelaku usaha yang bergerak dalam bidang budidaya perikanan khususnya budidaya air tawar serta  pernah mendapatkan Bantuan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Adapun materi kegiatan terbagi dua yakni  Materi kelas  yang bertujuan memberikan pemahaman tentang Apa itu Pakan Buatan, Jenis-jenis Kompisisi yang terkandung dalam pakan buatan serta  Materi Lapangan atau Praktek   Lapang  yang bertujuan meng

ALAT TANGKAP BAGAN DAN JENISNYA

Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenalkan oleh  n singkat alat tangkap tersebut telah dikenal di seluruh Indonesia. Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodofikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan dalam jaring angkat ( lift net ), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga  light fishing (Subani dan Barus, 1972; Baskoro dan Suherman, 2007).    Menurut  Baskoro   dan Suherman (2007), bagan dapat diklasifisikan menjadi dua, yaitu bagan tancap dan bagan apung. Bagan tancap merupakan bagan yang dipasang dengan jalan menancapkan rangka badan kedalam perairan sehingga posisi bagan tancap hanya dapat sekali ditanam dan tidak dapat dipindah-pindah selama musim penangkapan. Operasi penangkapan bagan tancap dilakukan pa

PENYULUH PERIKANAN PNS DAN PPB MELAKSANAKAN INVENTARISASI KELOMPOK DAN DEMONSTRASI CARA

Salah satu Tugas Pokok baik itu Penyuluh Perikanan yang tertuang dalam Undang-undang penyuluhan No. 16 Tahun 2016 adalah  Melaksanaan penyuluhan , evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan dimana salah fungsi Penyuluh Perikanan itu adalah Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Dan Kewirausahaan Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha serta Membantu Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Menumbuhkembangkan Organisasinya. Melihat hal tugas pokok serta fungsinya, maka Penyuluh Perikanan PNS bersama dengan Penyuluh Perikanan Bantu (PPB) melaksanakan Inventarisasi Kelompok serta Materi Penyuluhan. Kegiatan in i dilaksanakan di Kelurahan Lumpue Kecamatan Bacukiki Kota Parepare (13/03/2018). Kegiatan ini ditujukan Ke Kelompok Massidie, Kelompok Massidie I, Kelompok Harapan dan Kelompok Doaku Harapanku di bawah binaan Bapak Sulaeman, S.Pi (Bidang Penangkapan) dan Ibu Anugrah Tenrisa'na R, S.Pi, M.Si (Bidang Pengolahan). Hal ini dilakukan mengingat keempat kelompok tersebut jumla